pagi ini (200410) saya berangkat kuliah lebih pagi untuk mampir ke suatu Bank swasta yang berada di dekat rumah.
Saya masuk ke pintu Bank dan langsung mengisi form setoran untuk kakak saya di Salatiga. saat sedang konsen menulis, di belakang saya terdengar suara wanita separuh baya sedang berbicara dengan bernada sedikit tinggi yg sepertinya di tujukan untuk Customer Service. namun saya berusaha untuk tidak menengok dan tidak peduli dengan itu. kemudian saya berjalan menuju antrian yang untung sekali belum panjang. hanya ada 5 orang di depan saya yang akan melakukan transaksi ke teller Bank.
Tidak lama selagi saya mengantri, seorang Ibu membanting kesal tasnya ke kursi sofa yang ada di Bank. Saya bisa melihat secara langsung karena kursi itu berada 1 meter di depan saya. Seorang Ibu itu berumur sekita 45 - 50an tahun yang ternyata tadi suaranya saya dengar, terlihat kesal dan mengatakan sesuatu dengan nada yang tinggi, "bongkar saja tas saya. jelas gak ada kok di tas". Sang ibu berbicara kepada customer service wanita berusia sekitar 23 tahun. "baik ibu, kalau memang tidak ada nanti bisa kami urus KTP nya tapi ibu jangan marah-marah seperti itu", jawabnya dengan nada rendah namun saya tahu dari raut wajahnya dia juga nampak kesal. "cari dulu dong mba, saya merasa anda belum menyerahkan saya" Ujar Ibu itu masih dengan nada tingginya. "Saya sudah cari tadi ke belakang,gak ada.tadi saya sudah kembalikan ke Ibu", CS Bank ini begitu sabar memberikan pernyataan ke si Ibu yang sedang emosi berat. terjadi ketegangan dan beberapa perdebatan antara mereka berdua di dalam ruangan Bank yang tidak begitu besar, sehingga semua orang di dalamnya bisa jelas sekali mendengar perdebatan mereka berdua yang sama-sama yakin dengan pernyataannya. CS terlihat sudah nampak gemes dengan kelakuan Ibu ini yang sepertinya mencoba mempermalukannya di depan banyak umum.Namun pegawai-pegawai Bank pun tidak bisa berbuat apa dan berusaha tenang. Dan dengan ke-profesionalannya, dia tetap sabar mengahadapi nasabah seperti ini.
Si ibu masih tetap saja menyuruh CS ini untuk membongkar tas Ibu nya ini karena mungkim Ibu mengira mbak-mbak CS ini tidak percaya dengannya. Kemudian mba CS yang sedang melayani nasabah lain di mejanya, berdiri menghampiri si Ibu yang berada di sofa, si Ibu menyerahkan tasnya ke CS namun CS tidak mau menerima ,"silahkan Ibu saja yang cari jangan saya ini kan tas Ibu", CS berkata demikian, berusaha tetap dengan nada rendah namun saya mendengar nadanya sudah sedikit goyang. si Ibu terdengar sedang mendumel sambil membuka-buka isi tasnya. si CS tetap berdiri di depan Ibu, memerhatikan seluruh barang yang Ibu ini keluarkan. si Ibu mengeluarkan tempat pensil besar dan membuka resletingnya, tiba - tiba wajah si Ibu berubah dan secara spontan memeluk erat mbak-mbak CS yang masih berdiri di depannya. Ternyata si Ibu lupa menyimpan KTP nya yang memang sudah benar di berikan si CS kepada Ibu tadi.
si CS langsung mengeluarkan air mata ketika si Ibu memeluknya erat tanda minta maaf. Saya sangat merasakan, dia sudah menahan air matanya sejak tadi, namun sekarang air matanya membanjiri paras cantiknya. si Ibu berulang-ulang kali mengucapkan maaf, "saya minta maaf, saya yang salah mba", katanya sambil masih memeluk erat si CS dan mengelus punggungnya. "gak papa ibu, gak papa. saya juga minta maaf" Balas si CS dengan suara masih tersedu-sedu. "maaf bapak ya, saya yang salah." si Ibu mengatakan itu yang di tujukan ke seluruh orang-orang yang ada di Bank. Si ibu melihat id card di blazer mba-mba CS itu, "emm mba novia, semoga allah membalas semuanya kepada mba Novia. maafin saya ya". ujar Ibu yang masih sangat bersalah sudah hampir mempermalukan si CS. dan secara spontan pun, saya melihat beberapa orang di dalam Bank ini turut tersenyum senang melihat kejadian ini. Yang tdinya merasa sangat tegang dengan perdebatan mereka dan betapa ngototnya si Ibu kepada CS, namun sekarang menjadi suasana haru dan bahagia.
Disini saya sangat melihat sungguh ke-profesionalan pegawai-pegawai Bank yang melayani banyak karakter nasabah yang berbeda-beda. Saya pun tidak tahu bagaimana jadinya jika saya yang menjadi CS tersebut, mungkin tidak bisa sesabar mba Novia itu.
Dan hari ini pun saya belajar dan yakin, bahwa HOW BEAUTIFUL 'SORRY' WORD IS.. dan betapa indahnya jika kita memaafkan dengan ikhlas.. :D (senyum lebar selebar-lebarnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar